6 Hal Baik Dari Masa Kecil yang Seharusnya Kamu Pertahankan Sampai Sekarang

Bookmark and Share
Masa kecil bisa jadi adalah masa yang paling indah dalam hidup. Bermain boneka, berenang, kejar-kejaran, bersepeda, banyak hal yang membuat kita berbahagia dengan cara yang sederhana.

Sayangnya, tumbuh dan beranjak dewasa menjadikan kita lupa pada kebaikan-kebaikan di masa kecil. Sifat jujur, perilaku aktif, sikap ceria, hingga tak mau membebani diri sendiri adalah beberapa diantaranya. Nah, demi hidup yang lebih baik di masa sekarang, mari mengingat kembali kenangan masa kecil dan kembalikan hal-hal baik yang pernah kamu punya


1. Anak-Anak Punya Karakter Polos, Mereka Terbiasa Jujur Pada Diri Sendiri
jujur




jujur pada diri sendiri

Mereka bisa merengek minta dibelikan es krim atau menangis karena iri melihat mainan milik teman. Bagaimanapun, anak-anak adalah makhluk paling jujur di muka bumi ini. Belum tahu mana yang pantas dan tak pantas dikatakan justru menjadikan mereka jujur dengan perasaan sendiri.

Sifat inilah yang seakan luntur ketika kita mulai bertambah usia. Belajar menjaga lisan agar tak menyakiti orang lain malah membuat kita lalai. Kita terlalu memikirkan penilaian dan perasaan orang lain sehingga abai pada diri sendiri. Bahkan, kita memilih berpura-pura demi terlihat baik atau sempurna di mata orang lain. Tapi, tunggu! Apakah kamu bisa hidup bahagia dalam kepura-puraan?


2. Mereka Punya Gairah dan Semangat untuk Menikmati Hidup
semangat



hidup harus dijalani dengan semangat

Berenang, bermain sepak bola, bersepeda, main kejar-kejaran; banyak hal yang bisa anak-anak lakukan mengisi jatah waktu bermain mereka. Yup, anak-anak memang cenderung aktif melakukan hal-hal yang mereka suka. Memilih mengabaikan rasa lelah, anak-anak selalu punya semangat dan gairah pada dunia yang sedang mereka nikmati.

Di usia muda, kita selayaknya juga melakukan hal yang sama, ‘kan? Belajar, bekerja, bergaul, mencoba hal-hal baru; banyak hal yang sayang jika dilewatkan dengan malas-malasan. Yakinlah bahwa setiap detik dalam hidupmu itu berharga sehingga kamu selalu punya alasan untuk bangun pagi dengan semangat baru setiap harinya.

3. Bagi Mereka, Bahagia Tak Hanya Ditentukan Oleh Materi !
kebaikan


bahagia bukan soal materi

Anak-anak suka berbagai jenis mainan; boneka, robot, mobil-mobilan, kelereng, hingga karet gelang. Mereka akan sibuk dengan mainan-mainan itu tanpa merasa perlu membandingkan harganya. Bukan berarti mainan yang lebih mahal bisa membuat mereka lebih bahagia, ‘kan?

Hal ini tentu jauh berbeda dengan yang kita alami setelah dewasa. Persoalan materi menjadi salah satu yang penting untuk dibahas. Berapa gajimu, tunjangan apa saja yang kamu peroleh, baju merek apa yang kamu pakai, hingga restoran mana saja yang pernah kamu kunjungi. Yang jelas, realita memang menuntut orang dewasa untuk berpikir pragmatis.

Padahal, masih banyak kebaikan-kebaikan kecil yang jauh lebih mulia daripada materi. Saat ibumu berulang tahun misalnya, tentu lebih baik memeluk dan mengecup keningnya secara langsung, daripada sekadar mengirim kado mahal, ‘kan?

4. Anak-Anak Tak Pernah Repot Membebani Diri Sendiri
bahagia

tak perlu membebani diri

Karakter polos dan lugu membuat anak-anak menjalani hidupnya dengan santai. Ketika berharap malam cepat berganti pagi, mereka hanya membayangkan momen bermain dan jajan saat jam istirahat di sekolah. Tak terlintas pikiran untuk giat belajar demi pekerjaan mentereng dan gaji yang fantastis di masa depan.

Namun, ketika dewasa, kita cenderung sibuk memikirkan target dan pencapaian dalam hidup. Kadang, keinginan yang berubah menjadi obsesi membuat kita “buta”. Kita terlalu fokus pada tujuan sehingga tak bisa pintar-pintar menikmati proses menuju sukses yang sedang dijalani.

5. Mereka Tidak Takut Dianggap Aneh Saat Melakukan Sesuatu Dengan Cara yang Paling Nyaman Bagi Diri Sendiri


cara hidup dengan caramu sendiri

Selain polos dan jujur, karakter anak-anak juga terbilang unik. Biasanya, mereka enggan didikte dan lebih suka melakukan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Jika makan sepiring spageti dengan garpu itu terlalu rumit, mereka tak segan makan dengan tangan. Meskipun mendapat kritik atas sikap tersebut, mereka memilih cuek dan sekadar memuaskan perut yang lapar.

Baik bagi anak-anak tentu tak selalu baik bagi orang dewasa. Kita tentu harus berpikir dan mempertimbangkan setiap sikap atau pilihan yang kita ambil. Apakah yang kita lakukan akan merugikan diri sendiri, ataukah bisa merugikan orang lain? Tapi, setidaknya kita bisa mantap dengan pilihan yang kita ambil meskipun pilihan itu dianggap buruk atau aneh sekalipun oleh orang lain.

6. Anak-Anak Justru Tahu Bagaimana Cara Menjaga Hubungan yang Mesra Dengan Kedua Orang Tua



cinta
punya ikatan yang erat dengan orang tua

Dulu, kamu menangis jika tak bisa melihat ibumu dari jendela kelas di hari pertama masuk TK. Kamu pun akan menangis saat ayah pergi keluar rumah tanpa mengajakmu ikut serta. Ya, saat masih kecil, kedekatan dengan orang tua memang terasa begitu erat.

Sayangnya, hubungan dengan orang tuamu tak lagi sedekat itu setelah dewasa, ‘kan? Urusan kuliah, pekerjaan, hubungan dengan pasangan; banyak hal yang membuatmu tak lagi menyisakan banyak waktu untuk keluarga, khususnya kedua orang tuamu. Kamu sibuk tanpa menyadari bahwa waktu tak akan pernah bisa diputar ulang. Tak ada pilihan, selain bijaksana memanfaatkan waktumu demi orang-orang yang kamu sayangi.



Bagaimanapun, kita tak punya kuasa untuk kembali ke masa lalu. Tapi, mengenang masa kecil bisa jadi momen refleksi yang menjadikan hidup kita lebih baik di masa sekarang dan masa depan.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar